Siang itu, hari kamis, saya bersama Pak Saefulloh, dengan mengendarai mobil jalan-jalan melihat-lihat Pangan-daran yang rusak akibat Gempa Tsunami. Kami melihat bahwa air dengan gelombangnya menyimpan kekuatan dahsyat. Bangunan mulai dari panggung, semi permanen hingga berbeton di sepanjang Pantai Barat tidak kuasa menahan terjangan air laut. Bayangan saya, apalagi tubuh manusia yang katanya lebih dari 60% terdiri dari air dengan entengnya dilemparkan atau digulung air tsunami.
“Kalau alam sudah bicara, tentu atas Kuasa dan Kehendak Tuhan, air yang lembut dan tenang bisa berubah menjadi pembunuh yang kejam lebih dari granat atau bom.” Batin saya berkata.
Pantesan menurut kolot baheula, ada beberapa kekuatan alam yang harus diwaspadai manusia, seperti api, tanah, udara, dan air. Api diperlukan, namun bisa membakar diri kita bila tidak hati-hati. Maka jangan bermain-main dengan api, kalau tidak mau hangus. Jangan bermain dengan api falsafahnya jangan kita membuat atau mendekati hal-hal yang membahayakan diri kita dan orang lain, mencari masalah, permusu-han, jail, melukai, menghina, merugikan dan sejenisnya. Api berupa nyala api lilin sangat indah saat menyambut pergantian tahun atau pesta ulang tahun, namun ketika api membara karena membakar rumah, hanya kengerian yang ada.
Tanah juga harus diakrabi sekaligus diwaspadai. Bila melihat asal-usul, Adam sebagai cikal manusia diciptakan Allah Swt. dari tanah. Maka manusia selayaknya memperlakukan tanah dengan wajar, sebab dari tanah manusia berasal dan kembali menjadi tanah (jasadnya) ketika berpulang ke Sang Khalik. Tanah diam bisa ditanami pohon, dipijak manusia, didirikan bangunan tinggal, namun tanah labil harus dibuatkan penyangga, trasering, ditanami pohon pelindung, dan dijauhi. Sebaliknya tanah bergerak adalah pembunuh yang kejam. Longsoran tanah bisa merenggut nyawa manusia dan melu-lulantahkan bangunan.Tanah yang anjlok karena gempa sewaktu-waktu mengancam. Manusia mati dikubur dalam tanah, namun bila meninggal karena tertimbun tanah membuat hati yang melihatnya pilu.
Udara melingkupi hidup kita.Udara berupa oksigen kita hirup setiap saat. Kita bernapas karena udara masuk hidung, tenggorokan, paru-paru dan jantung. Jantung yang terpompa mengerakan tubuh manusia. Nyawa yang bersemayam dalam jasad kita membuat manusia bergerak memfungsikan organ dan anggota tubuh lainnya. Manusia jadi aktif dan dinamis, kalaupun lum-puh, namun jantung dan paru-parunya masih berfungsi, maka ia tetap hidup. Sebaliknya tanpa udara manusia mati. Kehabisan udara maka maka habislah napas kita. Dead. Udara segar menyehatkan namun udara berpolusi diam-diam membunuh kita. Udara beracun mengancam. Udara terlalu dingin bisa membuat tubuh menggigil dan darah keluar, udara yang terlalu panas membakar tubuh juga mengeringkan sehingga dehidrasi dan dead juga. Udara kecil berupa kentut saja bisa juga membuat kita menderita.
Air bagian tak terpisahkan dari hidup manusia dan makhluk lainnya. Segelas air dingin berarti kesegaran bagi raga yang haus.Setetes air berarti kehidupan bagi pohon kecil atau binatang berupa semut. Sebak air menghidupi sebuah keluarga. Air sungai mengalirkan kehi-dupan ke kolam-kolam, kebun, sawah dan kamar mandi. Air terjun mengerakan turbin dan menghasilkan listrik, maka segalanya (kehidupan) menjadi lebih baik.Namun ketika air di daratan berubah banjir, mendadak menjadi musuh yang menakutkan apalagi air itu berupa gelombang tsunami. Ratusan ribu nyawa melayang karena kedahsyatannya.
Enam puluh satu tahun Indonesia merdeka, kita belum terbebas dari bencana alam banjir, gempa bumi, tsunami, keracunan gas (udara) longsor,dan kebakaran sungguh merupakan ‘kerja’ air, tanah, api dan udara yang berubah menjadi musuh kita. Lingkungan hidup kita sesungguhnya bisa dibuat menyenangkan untuk kehidupan kita dan anak cucu ke depan, namun bisa juga kita buat menjadi warisan yang kelak bahkan sekarang mengancam kehidupan kita. Maka baik-baiklah kita menjaga alam dan dekatlah pada yang menciptakan alam (Allah Swt.) agar alam menjadi teman dan tempat menyenangkan bagi hidup manusia dan makhluk lainnya.
Dalam pergaulan dengan sesama manusia, sebaiknya kita juga harus hati-hati. Tanpa bermaksud mengajak kita suudzon pada orang lain, manusia pun ibarat api, tanah, air dan udara. Selagi kita berlaku baik pada sesama kita, maka Insya Allah, sesama kita itu tidak akan melukai, menghina, merugikan atau mencelakai kita.Selagi kita cinta damai dan berteman, kekuatan air, api, tanah dan udara pada diri manusia tidak akan merusak kehidupan ini. Manusia bisa menjadi air yang memadamkan api, mendinginkan. Manusia menjadi udara yang menyejukkan, api yang menghangatkan tubuh dan jiwa, dan tanah yang menjadi pijakan dan tempat berbagi hidup dan perasaaan.
Alam berupa tanah, udara, air dan api, hadir dalam hidup manusia merupakan ‘teman’ yang sepatutnya diperlakukan dengan baik sehingga ‘mereka’ juga baik pada kita. Dikaitkan dengan manusia, sifat manusia juga berbeda-beda.Ada teman yang emosinya stabil sehingga bisa menjaga atau mengontrol emosinya, ada pula teman dan bukan teman yang mudah emosi. Maka kita harus waspada dan paham pada setiap orang sebab mereka berbeda karakter. Ketika teman atau orang lain marah atau menyerang kita, kita harus menyiapkan kekuatan api, air, tanah dan udara dalam jiwa kita untuk membuat orang itu kembali menye-nangkan atau aman buat kita dan orang di sekitarnya.Kita harus men-jadi kekuatan dan dengan jiwa pem-bangun dan bukan menjadi kekuatan dengan jiwa pengrusak. Dirgahayu Indonesiaku!”
“Kalau alam sudah bicara, tentu atas Kuasa dan Kehendak Tuhan, air yang lembut dan tenang bisa berubah menjadi pembunuh yang kejam lebih dari granat atau bom.” Batin saya berkata.
Pantesan menurut kolot baheula, ada beberapa kekuatan alam yang harus diwaspadai manusia, seperti api, tanah, udara, dan air. Api diperlukan, namun bisa membakar diri kita bila tidak hati-hati. Maka jangan bermain-main dengan api, kalau tidak mau hangus. Jangan bermain dengan api falsafahnya jangan kita membuat atau mendekati hal-hal yang membahayakan diri kita dan orang lain, mencari masalah, permusu-han, jail, melukai, menghina, merugikan dan sejenisnya. Api berupa nyala api lilin sangat indah saat menyambut pergantian tahun atau pesta ulang tahun, namun ketika api membara karena membakar rumah, hanya kengerian yang ada.
Tanah juga harus diakrabi sekaligus diwaspadai. Bila melihat asal-usul, Adam sebagai cikal manusia diciptakan Allah Swt. dari tanah. Maka manusia selayaknya memperlakukan tanah dengan wajar, sebab dari tanah manusia berasal dan kembali menjadi tanah (jasadnya) ketika berpulang ke Sang Khalik. Tanah diam bisa ditanami pohon, dipijak manusia, didirikan bangunan tinggal, namun tanah labil harus dibuatkan penyangga, trasering, ditanami pohon pelindung, dan dijauhi. Sebaliknya tanah bergerak adalah pembunuh yang kejam. Longsoran tanah bisa merenggut nyawa manusia dan melu-lulantahkan bangunan.Tanah yang anjlok karena gempa sewaktu-waktu mengancam. Manusia mati dikubur dalam tanah, namun bila meninggal karena tertimbun tanah membuat hati yang melihatnya pilu.
Udara melingkupi hidup kita.Udara berupa oksigen kita hirup setiap saat. Kita bernapas karena udara masuk hidung, tenggorokan, paru-paru dan jantung. Jantung yang terpompa mengerakan tubuh manusia. Nyawa yang bersemayam dalam jasad kita membuat manusia bergerak memfungsikan organ dan anggota tubuh lainnya. Manusia jadi aktif dan dinamis, kalaupun lum-puh, namun jantung dan paru-parunya masih berfungsi, maka ia tetap hidup. Sebaliknya tanpa udara manusia mati. Kehabisan udara maka maka habislah napas kita. Dead. Udara segar menyehatkan namun udara berpolusi diam-diam membunuh kita. Udara beracun mengancam. Udara terlalu dingin bisa membuat tubuh menggigil dan darah keluar, udara yang terlalu panas membakar tubuh juga mengeringkan sehingga dehidrasi dan dead juga. Udara kecil berupa kentut saja bisa juga membuat kita menderita.
Air bagian tak terpisahkan dari hidup manusia dan makhluk lainnya. Segelas air dingin berarti kesegaran bagi raga yang haus.Setetes air berarti kehidupan bagi pohon kecil atau binatang berupa semut. Sebak air menghidupi sebuah keluarga. Air sungai mengalirkan kehi-dupan ke kolam-kolam, kebun, sawah dan kamar mandi. Air terjun mengerakan turbin dan menghasilkan listrik, maka segalanya (kehidupan) menjadi lebih baik.Namun ketika air di daratan berubah banjir, mendadak menjadi musuh yang menakutkan apalagi air itu berupa gelombang tsunami. Ratusan ribu nyawa melayang karena kedahsyatannya.
Enam puluh satu tahun Indonesia merdeka, kita belum terbebas dari bencana alam banjir, gempa bumi, tsunami, keracunan gas (udara) longsor,dan kebakaran sungguh merupakan ‘kerja’ air, tanah, api dan udara yang berubah menjadi musuh kita. Lingkungan hidup kita sesungguhnya bisa dibuat menyenangkan untuk kehidupan kita dan anak cucu ke depan, namun bisa juga kita buat menjadi warisan yang kelak bahkan sekarang mengancam kehidupan kita. Maka baik-baiklah kita menjaga alam dan dekatlah pada yang menciptakan alam (Allah Swt.) agar alam menjadi teman dan tempat menyenangkan bagi hidup manusia dan makhluk lainnya.
Dalam pergaulan dengan sesama manusia, sebaiknya kita juga harus hati-hati. Tanpa bermaksud mengajak kita suudzon pada orang lain, manusia pun ibarat api, tanah, air dan udara. Selagi kita berlaku baik pada sesama kita, maka Insya Allah, sesama kita itu tidak akan melukai, menghina, merugikan atau mencelakai kita.Selagi kita cinta damai dan berteman, kekuatan air, api, tanah dan udara pada diri manusia tidak akan merusak kehidupan ini. Manusia bisa menjadi air yang memadamkan api, mendinginkan. Manusia menjadi udara yang menyejukkan, api yang menghangatkan tubuh dan jiwa, dan tanah yang menjadi pijakan dan tempat berbagi hidup dan perasaaan.
Alam berupa tanah, udara, air dan api, hadir dalam hidup manusia merupakan ‘teman’ yang sepatutnya diperlakukan dengan baik sehingga ‘mereka’ juga baik pada kita. Dikaitkan dengan manusia, sifat manusia juga berbeda-beda.Ada teman yang emosinya stabil sehingga bisa menjaga atau mengontrol emosinya, ada pula teman dan bukan teman yang mudah emosi. Maka kita harus waspada dan paham pada setiap orang sebab mereka berbeda karakter. Ketika teman atau orang lain marah atau menyerang kita, kita harus menyiapkan kekuatan api, air, tanah dan udara dalam jiwa kita untuk membuat orang itu kembali menye-nangkan atau aman buat kita dan orang di sekitarnya.Kita harus men-jadi kekuatan dan dengan jiwa pem-bangun dan bukan menjadi kekuatan dengan jiwa pengrusak. Dirgahayu Indonesiaku!”