Penulis :
Dr. Gumilar, S.Pd.,MM
Menarik sekali jika kita terus-menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya: hari ini kita belajar tentang: Gangster Motor? Ya, Geng Motor. Karena masalah geng motor bukan hanya masalah hobinya, tetapi dampak negatifnya yang dirasakan meresahkan. Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.
Seperti hiruk pikuknya jalanan yang dipenuhi kendaraan roda dua alias sepeda motor. Kenyamanan pengendara motor dan mobil di jalan dirasakan semakin tidak nyaman khususnya di kota-kota besar, bahkan di beberapa kota/kabupaten pun hampir mendekati sama. Saat sebelum Hari Raya Idul Fitri arus mudik sangat menarik ditonton oleh orang-orang kampung, betapa sulitnya berjuang untuk mudik agar bisa berlebaran bersama di kam-pung. Pemudik rela berjubel di kereta api bus, bahkan mengendarai sepeda motor. Suasana panas, berdesakan, berebut tempat duduk, bau keringat, dan bau asap kendaraan bermotor tidaklah menjadi halangan bersemangat untuk mudik.
Tampak di jalanan hampir sebagian besar jalanan dipadati sepeda motor dari berbagai jenis warna, ukuran besar kecil, tahun pembuatan, merk. Atau asal perolehannya mendapatkannya baik dengan cara dibeli kontan, kreditan, gadaian, atau barang tadahan hasil curian.
Ada sebagian kecil anggapan dari masyarakat, tidak punya sepeda motor artinya “tidak gaul men, ketinggalan zaman, dan seterusnya….” Banyak suami yang dibikin pusing istrinya gara-gara istrinya uring-uringan ngomel tiap pagi dan petang siaran ulang ngomel… meminta dibelikan sepeda motor. Katanya ingin motor Mio sejenis kendaraan Matic tanpa mengoper gigi perseneling, seperti tetangga sebelah…..atau seperti artis yang denok demplon, bahenol nerkom, eplok cendol, seperti iklan di televisi. Atau banyak ibu rumah tangga yang mengeluh karena dapurnya tidak ngebul…gara-gara anggaran ke dapurnya berkurang, karena suaminya atau anaknya yang ingin MOGE (Motor Gede) tampil gagah dan kereeen. Atau panas hati gara-gara Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan dapat motor gratisan alias inventaris dari duit rakyat alias APBD Kabupaten.
Yaa… daripada istri ngomel terus dan perang dingin di tempat tidur…, mogok kerja tidak melayani isti atau suami, anak tak mau berangkat sekolah, alat-alat dapur semakin berkurang karena gelas dan piring pecah dilempar gara-gara tidak dibelikan motor. Terpaksa…Yaa Motor Dibeli…!
Motor dibeli dengan cara kontan, kalau punya duit lebih. Dibeli dengan gadai karena murah meriah… punya duit 3 (tiga) juta rupiah dapat motor baru bisa gonta-ganti merek dengan STNK walau BPKB entah berada dimana. Atau…ngredit (leasing) ke dealer motor dengan modal uang muka lima ratus ribu rupiah sudah dapat sepeda motor cicilan baru seperti apa yang diimpi-impikan.
Karena uang muka kredit motor relative murah, cepat…dan mudah proses, tak sedikit hampir satu keluarga baik ayah, ibu dan anak semua mendapatkan fasilitas motor. Biar tidak rebutan, ibu bisa belanja ke pasar, bapak bisa ke kantor, anak bisa sekolah…daripada ngojeg mahal, mobil belum kebeli—mendingan ngredit motor! Di rumah motor bejajar diparkir rapi baik punya bapak, ibu, dan anak…persis dealer pindah ke rumah.
Saat sore hari yang cerah bapak, ibu, dan beberapa orang anaknya jalan-jalan, semua memakai motor pakai jaket kulit, helm, plus kacamata hitamnya biar kereen…,alhasil persis lagi pawai kampanye Pilkada Bupati. Di jalanan tebar senyum, lirik kiri, likrik kanan, saat berpapasan dengan yang dikenal disertai dengan bunyi tiiiiid, tiiiid…bunyi klakson bersahutan persis bebek lagi berenang di sungai. Hampir semua badan jalan habis dipakai satu keluarga, yang lain tidak boleh lewat atau dilarang mendahului, seolah-olah jalan miliku sendiri! Alhasil… semakin panjanglah jalan dipenuhi antrian kendaraan karena macet. Lengkap sudah hiruk-pikuk suara klakson dan suara deruman sepeda motor berbagai jenis, mulai dari suara yang lembut breeeem… sampai suara ngadorodood…! Persis tembakan senjata tentara yang membabi buta.
Atau ada suara yang aneh yang dikeluarkan knalpot motor seperti ada yang bunyi: ghaleng, ghaleeeng, ghaaleeeeng…nah mungkin itu suara motor duitnya berasal dari jual sawah. Atau bhaloonk, bhaaloonk, bhaaaloooooonk…nah mungkin itu suara motor duitnya berasal dari jual balong alias kolam. Atau kredet, kredeeet, deeet, deet, det…. krediit… dit.. diiiit….nah itu mungkin itu suara motor dibelinya kredit alias dicicil dari koperasi, bank, atau jasa leasing. Atau suara aneh lain yang muncul…
Suara-suara sepeda motor itu bagaikan suara lagu paduan suara serempak sahut menyahut dari ujung pantai selatan Cimerak sampai ujung utara Rajadesa. Suara sepeda motor ada yang bersuara merdu bagi sebagian pemiliknya atau… sedikit garang, dan jangar rieut, dan lieur, leneng, bin puyeeeng..
Bagi pemiliknya, tiap tanggal muda harus berhitung. Berapa sisa gaji? Bagaimana biaya dapur? Bagaimana biaya anak sekolah? Bagaimana biaya kesehatan? Termasuk bagaimana untuk cicilan sepeda motor kreditan?! Aah pusing deh! Capeee deeh! Mana utang ke koperasi masih gede, ke BPD/BRI masih gede, ke tetangga juga sama. Yaaah kepaksa duit ATM (Artos Tabungan Murid) saja nu ngeureuyeuh tiap hari bisa digesek. Kecil-kecil oge lumayaan…sikat aja. Atau ke si BOS (Bantuan Operasional Sekolah) saja tinggal ngutak-ngatik sedikit kuitansi pengeluaran sekolah… beressss sudah masalah sementara.
Akibat gesek sini, gesek sana untuk cicilan sepeda motor, pada bulan Juni/Juli tak sedikit yang terkena penyakit muriang, panas tiris, lieur, bin puyeeng. Lengkap sudah penyakit komplikasi. ATM harus dibagikan ke murid, sementara gaji sudah minus. Akhirnya gali lobang tutup lobang, pinjam uang bayar utang, seperti kata lagu kang Haji Rhoma Irama.
Saat motor berjejer di tengah rumah beberapa bulan memang bangga, karena seisi rumah memiliki motor idaman. Tapi bulan-bulan berikutnya pusiing deeh..karena harus mencicil, ganti ban, service, dll. Terlintas dipikiran dijual? Di-over kredit? Atau disita leasing? Aduuh malu deh, bagaimana kata tetangga kalau motor melayang.
Tak salah di beberapa daerah karena jumlah pemilik motor di kalangan anak-anak muda semakin banyak timbul geng-geng motor baik komunitas yang benar-benar hobby bermotor ria atau benar-benar membuat onar di lingkungannya. Tergantung anggota komunitas yang tergabung dalam geng motor apakah ia melakukan keresahan atau tidak di lingkungannya. Yang jelas sebagai besar warga merasa terganggu dengan hadirnya geng-geng motor yang identik dengan perkelahian antar geng, kecelakaan, …bahkan kematian konyol.
Wajah
Ketika pagi menyingsing berkaitan dengan “Masalah Sepeda Motor” dan “Geng Motor”, saya mencoba menekadkan dalam diri: “Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?” Karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya wajah. Wajah istri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun, marilah kita belajar ilmu tentang wajah.
Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka ma-cam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghujam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.
Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang guru SD. Walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, (alias hitam pekat) tetapi ketika memandang wajahnya…sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari. Ada pula seorang guru yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia jadi guru SD hampir sama dengan postur murid kelas lima. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan yang luar biasa. Padahal, mereka jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata di balik kekurangannya itu mereka memendam ketentraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.
Sudah kita saksikan dan kita rasakan bersama betapa tindakan-tindakan Geng Motor di beberapa daerah bertindak tidak bijaksana, bahkan anarkis (membuat kerusakan) selain tidak menyelesaikan masalah, yang terjadi malah menambah masalah. Betapa tindakan-tindakan yang membuat kerusakan dimana pun dan kapan pun ternyata mengakibatkan beragam masalah yang tiba-tiba muncul, secara diduga atau tidak.
Diantara akibat yang dapat kita amati dari kejadian aksi anarkis geng motor yang terjadi di beberapa kota tercinta ini adalah: Per-tama, nama baik warga kota tercinta ini menjadi tercoreng. Betapa seluruh warga merasakan aib dan malu yang tentu tidak begitu saja untuk melupakannya. Lebih dari itu, tidak begitu mudah pula bagi kita untuk mengembalikan citra daerah sebagai kota yang aman, tenteram, damai, dan berperilaku mulia. Kedua, timbul keresahan di masyarakat. Kejadian ini memunculkan pula suasana masyarakat yang kurang nyaman.
Tumbuh suburnya Geng Motor di beberapa kota yang menim-bulkan keresahan ini sudah semestinya menjadi pelajaran bagi kita semua. Dan diantara yang bisa kita ambil hikmahnya adalah kita harus punya tekad yang sama untuk membangun kebersamaan. Jangan biarkan kekerasan menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Lebih dari itu masalah yang sedang menimpa kita semua karena ingin memiliki sepeda motor idaman bagi keluarga adalah bagian dari karunia Allah SWT yang dapat membuat kita menjadi lebih maju, lebih beradab, dan lebih kuat dalam menghadapi masa yang akan datang, sepanjang kita menyikapinya dengan cara yang benar. Bagi orang yang imannya kokoh tidak pernah ada kejadian yang merugikan. Diberi nikmat kita bersyukur, syukur itulah kebaikan. Diberi ujian kita bersabar, sabar itu pun kebaikan. Kerugian hanyalah milik orang-orang yang tidak punya keyakinan yang kokoh dan tidak punya akhlak yang mulia.
Oleh karenanya, dalam kondisi bangsa yang kurang kondusif ini, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan :
1.Marilah kita budayakan hidup bersahaja. Karena hidup bermewah-mewah, hidup glamour, hidup senang kepada yang ber-merek, hidup menjadi korban mode, adalah hidup dengan biaya yang sangat tinggi. Hidup bersahaja terbukti membuat hidup ini lebih indah, lebih murah, dan lebih terhormat. Apalagi dalam hidup keseharian kita pun, kita akan lebih suka dan terpesona kepada orang yang gaya hidupnya bersahaja dibanding dengan orang yang menyiksa diri dengan menjadi korban mode, menjadi korban zaman, menjadi korban sesuatu yang tidak bernilai dalam pandangan Allah SWT.
2.Marilah kita budayakan total hemat. Aktivitas apapun yang mampu kita hemat, tanpa mengurangi produktivitas, ada baiknya jika kita lakukan penghematan. Yang namanya rejeki tidak harus dari yang tidak ada, tapi dari yang ada kita hemat sekuat kemampuan, maka itu pun menjadi rejeki karunia-Nya. Mulai sekarang biasakanlah kita untuk menghemat listrik, air, minyak, bensin, ongkos, jajan, atau apa saja yang bisa kita hemat. Lihatlah, kalau kita melakukan penghematan ini, sepertinya kita akan kaget, karena walaupun dari satu sisi rejeki kita hanya sedikit tapi kalau yang kecil-kecil kita hemat dan gabungkan maka akan menjadi sebuah bekal yang lebih dari memadai.
3.Marilah kita biasakan hidup terencana dengan baik. Jangan melakukan apapun tanpa direncanakan terlebih dahulu. Kita tahu rumusnya, “gagal dalam merencanakan sama dengan meren-canakan kegagalan”. Bayangkan saja jikalau kita berangkat ke suatu tempat tanpa perencanaan yang matang, maka kita hanya akan buang-buang waktu, buang-buang tenaga, dan buang-buang biaya saja. Begitu pun dalam mengeluarkan anggaran kehidupan ini, biasakanlah kita menjadi warga yang selalu merencanakan apapun yang akan kita lakukan. Insya Allah kita akan hemat waktu, hemat biaya, hemat pikiran, dan lebih dari itu, dekat dengan kesuksesan.
4. Marilah kita budayakan untuk selalu berhati-hati, berperhitungan, dan tidak ceroboh. Kita tahu betapa banyak biaya yang keluar karena kecerobohan diri kita. Kelalaian dalam berwirausaha, misalnya, akan membuat kita tertipu, kelalaian menjaga diri akan membuat kita celaka. Setiap kecerobohan ternyata akan selalu menguras biaya yang tinggi. Orang yang hidupnya selalu berhati-hati akan selalu meminimalisir resiko, yang berarti meminimalisir pula kebutuhan-kebutuhan dan biaya yang akan keluar jikalau kita ceroboh.
5.Allah Mahatahu kebutuhan kita lebih dari kita sendiri. Sesulit apapun keadaan, rejeki kita tetap ada. Hanya saja kita harus lebih kreatif dan sungguh-sungguh. Karenanya, marilah kita ber-sungguh-sungguh berikhtiar secara lahir dan batin dengan memper-kuat ibadah kita. Insya Allah dengan kekuatan fisik, kekuatan pikir, dan kekuatan batin, maka semoga ujian yang menimpa kita semua ini malah akan meningkatkan kualitas diri kita sehingga kita bisa me-yongsong masa depan yang lebih baik, lebih barokah, dan lebih sukses dunia maupun akhirat.
Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang menenteramkan, maka cari tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermak-sud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.
Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.
Tidak ada salahnya jika kita evaluasi diri di depan cermin. Ta-nyalah; raut seperti apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.Sedangkan bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di sekitar kita tercahayai?
Adapun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara kita belum menganggap orang yang ada di hadapan kita orang yang paling utama. Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat. Orang karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajar untuk mengutamakan orang lain! Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallaah. Wallahualam.*