RATNAKU SAYANG (Part 1) || Retno Triani Soekonjono || Psikolog

RATNAKU SAYANG (Part 1) || Retno Triani Soekonjono || Psikolog

(CIAMIS, 27/01/2022). QS. Al-Hadid Ayat 2
لَهٗ مُلۡكُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ‌ۚ يُحۡىٖ وَيُمِيۡتُ‌ۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ

Lahuu mulkus samaawaati wal ardi yuhyii wa yumiitu wa Huwa ‘alaa kulli shai’in Qadiir

Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Masa kecil

Nama Ratna Karenina Avianita kami berikan pada anak kedua kami, bayi kecil dengan berat badan 1.6 kg yang lahir pada tanggal 24 September 1970 di Surabaya.

Dia tidak menangis waktu dilahirkan dan langsung dimasukkan dalam inkubator.
Perasaan cemas kami alami karena berat badannya sempat turun menjadi 1.4 kg Namun karena kuasa Allah SWT bayi kecil kami mampu bertahan dan setelah satu bulan sendirian di RS, dia diperbolehkan untuk dibawa pulang dengan berat badan 2 kg.
Bayi kecil yang tangguh dengan nama panggilan INONG ini tumbuh perlahan dengan sehat, namun baru bisa berjalan sendiri umur 2 tahun.

Inong memiliki abang laki-laki yang bernama Agam Aviananta dengan selisih umur 2 th lebih tua. Kami beri nama Agam dan Inong karena ayah mereka (suami saya) berasal dari Aceh, dan saya sendiri dari Blitar. Nama Aviananta dan Avianita berasal dari kata AVIA yang berarti Udara, karena ayah mereka seorang Penerbang Angkatan Laut, dan kami bertempat tinggal di kompleks Pangkalan Udara Angkatan Laut Juanda Surabaya.

Inong kecil yang ceria bersekolah di SD Hang Tuah Juanda dan memiliki teman-teman yang semuanya adalah putera-puteri Warga Penerbangan AL.

Hubungan kekeluargaan sangat erat dikalangan Warga Penerbangan AL, ditunjang dengan kondisi lingkungan perumahan yang luas, nyaman dan sehat.
Namun baru kelas 4 SD, Inong harus meninggalkan Surabaya karena Ayahnya dipindah tugaskan ke Jakarta.

Di Jakarta Inong lebih senang memakai nama panggilan Ratna yang terus dipakainya selama hidupnya.

Dua tahun di Jakarta, Ayahnya dipindah tugaskan lagi ke Surabaya.
Namun kami tidak tinggal di Juanda lagi tetapi tinggal di Kota Surabaya.

Masa Remaja

Ratna menempuh SMP dan SMA favorit di Surabaya. Walaupun tidak sangat cerdas, Ratna bisa menempuh pendidikan menengahnya dengan baik.
Tibalah masa remaja…Ratna berproses menjadi gadis yang berwajah cantik dengan hidung mancung, langsing, berkulit putih, dan cukup tinggi.

Dia mengikuti kursus modeling dan sering melakukan perawatan tubuh dan wajah di seorang ahli kecantikan yang bernama bu S.
Kesempatan untuk mengikuti kontes yang berkaitan dengan modeling tidak dilewatkan. Seingat saya dia ikut “Miss Matahari” dll.

Setelah lulus SMA Ratna yang menyenangi bidang Atsitektur memilih kuliah di salah satu Universitas Swasta dengan jurusan Arsitektur.

Pergaulan Ratna cukup luas sebagai mana layaknya gadis normal. Banyak teman laki-laki yang datang berkunjung ke rumah, baik teman kuliah ataupun Calon Penerbang karena ayahnya menjadi Direktur Sekolah Penerbang Swasta yang bertempat di Pangkalan Udara Angkatan Laut Juanda Surabaya.

Sebelum kuliah arsitektur selesai, Ratna minta ijin bekerja disalah satu konsultan arsitek selama 1 tahun dan kemudian pindah bekerja di Bimoli cukup lama sehingga kuliahnya terbengkalai.

Ratna sejak kecil disayang dan dimanja oleh ayahnya. Agam sebagai abang diharuskan menjaga, menyayangi dan mengalah pada adiknya.
Hasilnya hubungan keduanya sangat akrab, sampai mereka dewasa.

Agam menempuh kuliah di Universitas Swasta di Surabaya dan mengambil jurusan Teknik Kimia dan berhasil lulus tepat waktu.
Kebetulan kami memiliki rejeki dan dengan bantuan kakak saya, Agam kami sekolahkan ke Hawai University untuk memperdalam bahasa Inggris.
Namun setelah selesai kursus bahasa Inggris, Agam tidak ingin pulang dan berniat meneruskan kuliah S2 dalam bidang Information Technology (IT). Dia membiayai sendiri kuliahnya dan hidup mandiri dengan sangat hemat dan sederhana untuk ukuran Amerika.

Setelah selesai kuliah S2, dengan gelar MSc, Agam mencoba melamar bekerja di Microsoft America yang pusatnya di Seatle, dan Alhamdulillah diterima. Tentu saja gajinya cukup besar bila di kurs dengan rupiah.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak …kehidupan didepan kita adalah rahasia Allah, untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka.
Pada tahun 1999, suami saya, ayah Agam dan Ratna terkena stroke, langsung dibawa ke RS namun seminggu kemudian meninggal dunia.

Ratna yang sangat mencintai ayahnya menjaga ayahnya di RS tanpa lelah, hanya sekali-sekali dia pulang untuk mandi dan ganti baju.
Ratna sangat terpukul, sedih luar biasa dengan meninggalnya ayahnya. Kami hanya berdua karena Agam masih di Amerika dan tidak dapat pulang.

Sebagai psikolog saya tahu bahwa perasaan Ratna campur aduk, sedih dan marah karena dia merasa belum puas mencintai ayahnya, belum selesai kuliah, belum menikah dsb sudah ditinggal pergi. Kemarahan tersebut dilampiaskan ke saya, dan ternyata mampu merubah nuansa kehidupan kami selanjutnya.

Allah SWT memberikan cobaan pada saya dan Ratna.
Akan saya teruskan di tulisan saya berikutnya…***

Pos terkait

banner 468x60