RATNAKU SAYANG || Part-7 || PERGI DARI RUMAH || Retno Triani Soekonjono || Psikolog
(CIAMIS, 02/02/2022). Surat Al-Mu’min Ayat 55:
فَٱصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
بِٱلْعَشِىِّ وَٱلْإِبْكَٰرِ Arab-Latin: Faṣbir inna wa’dallāhi ḥaqquw wastagfir liżambika wa sabbiḥ biḥamdi rabbika bil-‘asyiyyi wal-ibkār
Terjemah Arti: “Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.”
Kondisi Ratna tetap tidak berubah, masih suka makan, marah dan bicara sendiri. Tapi ada waktu “jeda” saat dia bisa diajak bicara normal.
Saat itu (September 2021) Ratna sudah tidak mau diajak pergi keluar rumah, dia juga tidak pernah mau diajak pindah rumah.
Suatu sore sekitar jam 17.00 WIB, ketika saya sedang bekerja dengan laptop dikamar saya sekitar jam 17.00 WIB saya dengar langkah-langkah orang turun dari tangga. Saya lihat Ratna turun kebawah. Saya biasa memanggil Ratna dengan sebutan “Adik”. Saya tanya: “Dik mau kemana?”Dia jawab: “Ke depan”. Kemudian saya lihat Ratna duduk di teras depan.
Tidak lama kemudian dia naik lagi ke atas.
Tapi sekitar 15 menit kemudian dia turun lagi membawa tas cangklong dan 1 tas jinjing. Ratna masih memakai daster dan sandal jepit. Dia langsung menuju pintu depan.
Saya bergegas menyusul dan bertanya :”Dik, mau kemana ?”. Dia jawab :” Mau kos”. Saya tanya :” Kos dimana?”. Dia jawab :” Pokoknya kos” sambil berjalan dengan cepat ke luar rumah.
Saya kejar tapi Ratna berjalan dengan lebih cepat. Saya sendiri masih memakai daster, kebetulan membawa HP sehingga saya segera menelpon Sekuriti kompleks untuk datang ke rumah segera. Begitu Sekuriti sampai dirumah, saya beritahu bahwa anak saya Ratna pergi keluar rumah, dan minta tolong jangan dibiarkan dia keluar kompleks. Saya juga minta tolong untuk
mengawasi, kemana dia pergi. Yang penting jangan keluar kompleks.
Semua Sekuriti sudah kenal Ratna karena mereka sering saya panggil bila Ratna marah dan berteriak-teriak.
Untuk diketahui, Kompleks perumahan yang saya tempati, terdiri dari 2 blok dengan kontur tanah tinggi di depan dan menurun dibelakang yang berakhir dengan sebuah sungai yang besar dan dalam. Saya tinggal di blok M, satunya blok L. Kompleks rumah sata terletak ditepi jalan besar yang sangat ramai dimana banyak Toko, Rumah makan dll.
Bila Ratna sampai keluar kompleks dan berada di jalan besar akan susah ditemukan, padahal hari sudah mulai gelap menjelang magrib. Kalau dia tidak pulang, nanti malam tidur dimana? Diemperan toko? Bagaimana kalau ada orang jahat dan dia diperkosa? Pikiran saya sudah negatif terus.
Saya segera ganti baju dan telpon taksi untuk segera datang.
Begitu taksi datang saya segera ke pos sekuriti dan tanya kearah mana Ratna pergi. Satpam mengatakan Ratna pergi ke arah masjid bawah.
Saya segera ke mesjid bawah dengan taksi, tapi saya tidak melihat Ratna disitu. Ada dua orang sekuriti yang sedang duduk dan saya minta mereka untuk bersama-sama mencari Ratna yang pergi dari rumah. Hari sudah mulai gelap dan hujan rintik-rintik. Kami segera mencari Ratna, saya dengan mobil dan kedua sekuriti dengan motor. Setelah berkeliling Blok akhirnya seorang Security memberitahu saya bahwa dia melihat Ratna duduk dipinggir jalan X. Saya segera menuju tempat yang dimaksud, dan melihat Ratna duduk dipinggir jalan termenung sendirian.
Salah seorang Satpam membujuk Ratna untuk pulang ke rumah dengan taksi.
Semula dia mau dan berjalan menuju taksi, tetapi begitu melihat saya didalam taksi dia balik badan dan berjalan dengan cepat kearah blok yang lain namun masih di kompleks yang sama dengan rumah saya. Saya tidak bisa nengikuti dengan taksi karena banyak jalan yang ditutup portal.
Kedua orang security bisa mengikuti Ratna. Saya minta sopir taksi untuk mengejar sekuriti yang mengikuti Ratna dan menanyakan nomer HP-nya. Sopir taksi kembali kemobil dan saya segera menghubungi security yang mengikuti Ratna menanyakan posisinya dimana. Dia mengatakan mereka bertiga ( dua security dan Ratna) ada di perumahan blok L dan duduk di pos dipinggir sungai yang cukup besar dan Ratna tampak kelelahan.
Saya segera kelokasi tersebut, tetapi Ratna tidak mau naik taksi selama ada saya.
Saya putuskan untuk pulang, sementara Ratna tetap dijaga oleh dua security. Hari sudah mulai gelap.
Sampai di rumah saya minta sopir taksi untuk kembali menjemput Ratna dan saya menelpon RS Khusus yang di Tanggerang dimana Ratna pernah dirawat tahun 2018 disitu selama tujuh bulan.
Setelah tersambung dengan Petugas RS saya minta agar Ratna di jemput di rumah sekarang juga. Pertimbangan saya, akan lebih aman bila Ratna berada di RS daripada di rumah, karena sewaktu-waktu dia bisa kabur lagi. Saya khawatir kalau tengah malam dia kabur, saat saya tidur. Pagar rumah saya tidak begitu tinggi, dia bisa melompatinya dengan mudah. Tenaganya luar biasa, seperti bukan tenaga manusia.
Tidak lama Ratna odatang dengan taksi dan dikawal oleh 2 security. Tetapi dia tidak mau turun dari taksi dan hanya sekali-sekali menoleh melihat rumah.
Selama menunggu mobil Ambulans dari RS Khusus Tangerang, saya menyiapkan baju Ratna dalam koper besar, karena saya tidak tahu berapa lama Ratna akan dirawat di RS. Jarak antara Tangerang dengan rumah saya di Depok cukup jauh, perlu waktu sekitar dua jam untuk sampai di rumah saya.
Selama menunggu mobil Ambulans dari RS Ratna tetap tidak mau turun dari taksi.
Dua jam kemudian, mobil RS datang dengan tiga perawat seperti biasa. Kali ini Ratna tidak berontak, dia sudah kenal dengan perawat-perawat tersebut. Ratna harus di SWAB Test untuk memastikan dia bebas dari Covid-19. Setelah menunggu sementara waktu, hasilnya negative. Ratna menurut saja diajak pindah dari taksi ke mobil RS, dan ketika saya panggil namanya dia tidak menoleh sama sekali.
Tentu saja saya sangat sedih, mengapa Ratna jadi marah dan benci dengan saya padahal saya sangat menyayanginya.
Namun dalam hati, saya percaya bahwa bukan Ratna yang benci pada saya tetapi Jin-jin yang menempel ditubuhnya karena saya terus berusaha untuk mengusir mereka.
Saat Ratna berangkat ke RS di Tangerang sudah pukul 20.00 WIB.
Saya segera telpon ke RS dan menanyakan berapa biaya yang harus saya bayar.
Petugas RS memberitahu bahwa Ratna harus tinggal disitu minimum selama 10 hari dengan biaya total plus penjemputan sebesar 10 juta rupiah, harus dibayar paling lambat besok pagi.
Saya kaget, tetapi tidak bisa protes.
Besoknya pagi-pagi saya transfer uang tersebut dan menanyakan kondisi Ratna. Menurut pihak RS Ratna dalam kondisi tenang, karena dia sudah pernah dirawat di RS tersebut selama tujuh bulan pada tahun 2018. Nampaknya dia sudah familiar dengan kondisi dan situasi disitu.
Saya tidak bisa berdiam diri tanpa memikirkan besarnya biaya kalau Ratna tinggal di RS tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Saya memutuskan untuk memindahkan Ratna ke tempat lain setelah 10 hari perawatan.
Tiba-tiba saya teringat keberadaan Jin yang ada dalam tubuh Ratna dalam jumlah yang cukup banyak. Mahluk halus ini tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan dari dokter tetapi harus dilawan dengan pengobatan nonmedis.
Oleh karena itu saya mulai mencari pesantren untuk tempat penyembuhan berikutnya.
Saya mulai browsing di Google, mencari pesantren yang cocok dengan keinginan saya.
Beberapa pesantren yang saya telpon dan lihat fotonya di Google tidak cocok dengan kriteria yang saya inginkan. Saya menginginkan pesantren yang menerapkan dua sistem pengobatan yaitu medis dengan obat dari psikiater untuk Schizophrenia nya dan non medis secara agama (ruqyah syariah, dzikir, sholat, hypnotherapy dll) untuk mengusir jin yang ada ditubuh Ratna yang relatif banyak.
Setelah Browsing cukup lama, karena persyaratan yang saya inginkan cukup sulit ditambah keinginan saya berkaitan dengan lokasi pesantren yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, akhirnya saya menemukan pesantren yang terletak di Ciamis.
Saya menghubungi pemilik pesantren, minta video cara-cara pengobatan yang dilakukan disana dan minta waktu untuk melihat lokasi dan kondisi pesantren tersebut. Saya harus bergerak cepat karena batas waktu yang diberiksn oleh RS Khusus di Tangerang hanya 10 hari. Kalau lebih dari 10 hari akan dianggap tinggal disitu satu bulan lagi dan seterusnya. Bisa dibayangkan berapa biaya yang harus saya keluarkan.
Sungguh saat-saat yang sangat berat dan menegangkan, tetapi saya harus tampak tenang bekerja sebagai psikolog, menerima pesanan makanan dll untuk mendapat uang tambahan guna biaya penyembuhan Ratna selanjutnya.
Namun agar saya tidak jadi gila, saya lepaskan kesedihan saya saat malam hari setelah sholat tahajud, saya menangis dengan bersujud dilantai memohon ampun pada Allah bila saya telah berbuat dosa pada siapapun tanpa saya sadari, dan memohon pertolonganNya.
“Ampun Allah… Ampun Allah…Ampuni hambamu yang berdosa ini… ringankan beban saya ya Allah..”kata-kata yang saya panjatkan pada Allah SWT berkali-kali.
Saat-saat seperti itu saya selalu ingat kepada anak saya Agam almarhum yang pernah berjanji akan menjadi “ponggawa” yang bertugas menjaga saya selamanya. Namun Allah SWT berkehendak lain.
Saya harus menerima keputusan Allah dengan ikhlas dan tawakal.
Perkembangan Ratna selanjutnya akan saya uraikan dalam tulisan saya berikutnya.***