RATNA KU SAYANG || Part-12 || SA’AT TERAKHIR HEMBUSKAN NAFAS || Retno Triani Soekonjono || Psikolog

RATNA KU SAYANG || Part-12 || SA’AT TERAKHIR HEMBUSKAN NAFAS ||
Retno Triani Soekonjono ||
Psikolog

(CIAMIS, 07/02/2022). Ali ‘Imran Ayat 145:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلْءَاخِرَةِ نُؤْتِهِۦ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِى ٱلشَّٰكِرِينَ Arab-Latin: Wa mā kāna linafsin an tamụta illā bi`iżnillāhi kitābam mu`ajjalā, wa may yurid ṡawābad-dun-yā nu`tihī min-hā, wa may yurid ṡawābal-ākhirati nu`tihī min-hā, wa sanajzisy-syākirīn

Terjemah Arti: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

🤲🏼 Saat-saat terakhir

Ratna masuk RSUD Tasikmalaya hari Kamis 20 Januari 2022.

Jum’at pagi, 21 Januari 2022, Saya datang, Ratna masih sadar. Ketika saya panggil namanya Ratna masih bisa menoleh melihat ke Saya, dan mengangguk pelan ketika Saya menyarankan untuk istirahat dan berjanji untuk menemaninya di Rumah sakit.

Jum’at malam, Saya bersama pemilik pesantren melakukan Ruqyah pada Ratna.

Keesokan harinya Sabtu sore, tanggal 22 Januari, saya melakukan Ruqyah Syar’iyyah lagi bersama Ustad dari pesantren.
Saya juga membasuh Ratna dengan “air doa” mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki layaknya seorang ibu yang memandikan “bayinya” diiringi doa agar Ratna mendapat Ridho Allah SWT, mempercayai dengan sungguh-sungguh bahwa apa yang menimpa kita baik suka maupun duka adalah yang terbaik menurut Allah.

Ratna tampak tenang, dengan nafas yang teratur (memakai alat bantu pernafasan).
Infus dan obat terus diberikan.

Saya kembali ke hotel pukul 22.00 WIB untuk istirahat, dan tidak lupa berpesan pada suster dan ibu-ibu yang menjaga Ratna agar menelpon saya bila terjadi sesuatu pada Ratna.

Hari minggu tanggal 23 Januari pagi, ketika saya mau sarapan dibawah, HP saya berbunyi. Saya lihat nama ibu penjaga Ratna. Beliau minta agar saya cepat datang RS karena Ratna makin tampak lemah.
Dengan cepat saya ke RS tanpa sarapan, dan tidak sampai 15 menit saya sudah sampai di RS langsung menuju kamar Ratna pada kira-kira pk 06.30 WIB.
Saya lihat Ratna tampak tenang seperti tidur, namun gerakan nafasnya makin pelan.
Langsung saya bisikkan kata “Allahu Akbar” terus menerus, juga kalimat Syahadat.
Saya juga bisikkan bahwa saya ikhlas bila Ratna ingin menghadap Allah yang mencintainya.
Saya ingin menangis melihat anak saya tidak berdaya, terbaring lemah.
Namun saya tahan air mata saya walaupun suara saya bergetar karena menahan kesedihan. Saya tidak ingin Ratna ikut sedih, dan menghambat langkahnya mengikuti perintah Allah.
Saya betul-betul Ridho.
Mulut Ratna yang awalnya terbuka agak lebar didalam masker oksigen yang tembus pandang, terlihat perlahan-lahan menutup namun lidahnya bergerak-gerak mengikuti bimbingan saya mengucapkan Allahu Akbar terus menerus.
Akhir gerakan lidahnya tidak terlihat lagi, juga dadanya tidak terlihat naik turun lagi, namun mesin perekam jantung masih sekali-sekali berbunyi dan grafik rekaman jantungnya sekali-sekali masih naik.
Saya terus membisikkan Allahu Akbar pada telinganya.

Dengan perlahan-lahan tanpa tanda tercekik atau apapun, alat perekam jantung pada pk 07.50 berbunyi tiiiiit panjang dan grafik rekamannya menjadi datar.
Ratna dinyatakan meninggal dunia. Saya bisikkan ditelinganya : “Selamat jalan anakku. Selamat bertemu dengan Papa dan Mas Agam”.

Saya minta agar jenasah Ratna langsung dimandikan dan dipersiapkan untuk saya bawa ke Jakarta.
Saya iringi Ratna ke kamar jenasah yang relatif jauh jaraknya.

Sopir dan ART mengurus administrasi dan surat kematian dari dokter, dan langsung ke hotel untuk mengemasi barang-barang saya.
Alhamdulillah proses penyelesaian administrasi lancar, tidak ada tambahan biaya yang membutuhkan proses yang agak panjang karena Ratna dirawat di kelas 1 tepat selama 4 hari sesuai haknya di BPJS. Alhamdulillah, Allah juga yang mengatur.

Setelah jenasah Ratna selesai dimandikan dan sebelum kain kafan diwajahnya ditutup saya dipersilahkan untuk melihat wajah Ratna terakhir kalinya. Saya cium wajahnya yang terlihat bersih dengan mata dan mulut tertutup.
Saya berbisik: “Selamat jalan dik, mama ikhlas”.

Saya ikut mensholati Ratna, bersama Ustadz dan beberapa bapak yang ada disitu.
Kemudian saya urus Mobil Jenazah, saya periksa kondisi luar- dalamnya, mobil Grand Max warna silver yang masih baru. Saya tidak ingin mobil mogok dalam perjalanan ke Jakarta.
Tidak lama sopir dan ART datang membawa semua barang saya dari hotel dan yang terpenting surat kematian dari dokter.
Saya foto surat tersebut dan saya kirim ke keponakan dan menantu yang ada di pemakaman Karet Bivak untuk persyaratan pemakaman.

Setelah selesai semua prosesi pengurusan, Jenasah Ratna dimasukkan ke mobil jenasah, kami bersiap-siap berangkat ke Jakarta
Sangat sederhana, tidak ada karangan bunga ataupun mobil pengiring yang panjang.

🚐 Perjalanan ke Jakarta

Tepat pukul 10.30 WIB, kami berangkat.
Mobil jenasah dengan sirene yang berbunyi terus menerus berjalan kencang menguak kendaraan yang ada didepannya.
Jalan dari Tasikmalaya ke pintu tol di Bandung adalah jalan dua arah yang sangat padat dengan bus, truk, mobil dan motor. Tapi mobil jenazah dan mobil kami tetap berjalan dengan kecepatan tinggi.

Semula atas saran beberapa keluarga kami akan singgah di rumah Cinere-Depok, yang sudah dipersiapkan segalanya.
Tetapi saya menerima telpon dari tempat pemakaman bahwa batas waktu pemakaman di DKI adalah jam 17.00 WIB dan baru dimulai pagi hari jam 08.00 WIB.
Karena resiko macet dijalan, maka saya putuskan untuk langsung ke pemakaman Karet Bivak Jakarta Pusat.
Saya telpon kerumah dan mohon maaf pada tetangga kami tidak singgah dirumah.

Mendekati pintu Tol Bandung, saya telpon ke keponakan agar segera menggali makam karena perlu waktu sekitar 2 jam untuk menggalinya

Mobil jenazah dan mobil saya berjalanan sangat cepat, saya telpon asisten sopir mobil jenasah dan memberitahu bahwa tujuan berubah, langsung ke pemakaman.

Jarak Tasikmalaya-Jakarta yang seharusnya ditempuh dalam 5 jam, dengan kecepatan yang sangat tinggi (120-160 km/jam) perjalanan dari Tasikmalaya -Jakarta hanya makan waktu 3,5 jam.

Sampai dimakam, semua sudah siap, saya tunggu 15 menit untuk menunggu kedatangan beberapa keluarga, setelah itu saya minta jenazah segera dimakamkan
Alhamdulillah proses pemakaman berjalan lancar, hari cerah tidak hujan dan tidak panas terik.
Setelah makam selesai ditutup, dan nisan kedua anak saya di tancapkan, saya orang pertama yang menabur bunga. Saya usap kedua nisan anak saya sambil berbisik, “Alhamdulillah kedua anak saya bisa bersatu kembali. Terimakasih Allah”.
Tidak ada air mata keluar karena saya betul-betul ikhlas.***

Pos terkait

banner 468x60