MISKIN EMPATI || Retno Triani Soekonjono ||
Psikolog
Merdeka ! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
(CIAMIS, 07/04/2022). Presiden Joko Widodo meminta seluruh menteri dan kepala lembaga untuk merumuskan kebijakan yang tepat, bergerak cepat di lapangan, dan memberikan pernyataan yang berempati kepada rakyat terkait dengan permasalahan ketersediaan bahan pokok.
“Sekali lagi merumuskan kebijakan yang tepat, melakukan langkah dan kepemimpinan yang cepat di lapangan dan memberikan pernyataan yang sangat berempati kepada rakyat,” kata presiden Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 5 April 2022, yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 6 April 2022.
Secara umum, empati adalah kemampuan untuk memahami atau merasakan perspektif, perasaan, kebutuhan, atau niat orang lain.
Empati adalah potensi yang ada dalam diri manusia karena pengaruh lingkungan bukan bawaan sejak lahir.
Karena empati merupakan perilaku yang dipelajari, seseorang kemungkinan tidak mampu berempati karena Ia tidak mengalami banyak empati saat tumbuh dewasa.
Dalam beberapa kasus, karena penyakit atau trauma, beberapa orang mungkin memiliki empati yang sangat rendah.
Ciri-ciri orang yang memiliki empati yang rendah :
1. Menyalahkan dan menghakimi tanpa pertimbangan yang matang.
Seseorang yang kurang memiliki empati mungkin juga mengambil kesimpulan terlalu cepat atas perilaku orang lain tanpa mempertimbangkan konteksnya. Misalnya, mereka mungkin mengkritik rekan kerja karena terlambat, tanpa menyadari atau menghargai bahwa mereka memiliki anak yang sakit di rumah.
2. Memberikan respon atau tanggapan yang tidak sesuai atau tidak pantas.
Mereka juga bisa bersikap riang gembira atau acuh setelah seseorang baru saja mengungkapkan perasaan sedih atau stres.
3. Tidak menyadari bahwa perilakunya berdampak buruk pada orang lain
Mereka bisa bertindak dengan cara yang egois atau pendendam tanpa menyadari atau peduli jika itu menyakiti orang lain
4. Tidak mampu berkomunikasi effektif.
Karena mereka tidak mampu memahami perasaan orang lain maka mereka sulit untuk melakukan komunikasi timbal balik. Komunikasi yang dilakukan sering tidak “nyambung”.
5. Kesulitan mempertahankan hubungan.
Karena mereka mengalami kesulitan memahami perasaan orang lain atau bertindak dengan cara yang tepat, mereka mungkin kesulitan membangun koneksi yang berarti.
Sifat egoisnya menyebabkan kurangnya kepedulian pada kondisi orang lain.
Secara umum, penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa orang mungkin tidak mampu mengembangkan empati karena memiliki kecerdasan emotional yang rendah.
Empati itu positif bagi orang lain, tetapi lebih jauh lagi penelitian baru menunjukkan pentingnya empati untuk segala hal termasuk inovasi dan kesehatan mental.
Pemimpin yang hebat membutuhkan perpaduan yang baik dari semua jenis keterampilan kepemimpinan untuk menciptakan kondisi yang menghasilkan kebahagiaan dan kinerja yang maksimal, sudah selayaknya empati berada di bagian atas daftar perilaku yang harus dilakukan dengan benar oleh para pemimpin.
“Belajar untuk berdiri di atas sepatu orang lain, untuk melihat melalui mata mereka, itulah bagaimana perdamaian dimulai. Dan terserah Anda untuk mewujudkannya. Empati adalah kualitas karakter yang dapat mengubah dunia.” Barrack Obama***