MUDIK LEBARAN || Retno Triani Soekonjono ||
Psikolog
Merdeka ! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
(CIAMIS, 01/05/2022). Di bulan Mei 2022 ini Hari Raya Idulfitri akan hadir kembali. Karena kondisi dunia mulai sehat setelah dilanda Pandemi Covid -19, maka Pemerintah RI memperbolehkan masyarakat untuk mudik pada
Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1443 Hijriah dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan.
Akibat adanya ijin dari pemerintah, maka peristiwa lama yang muncul sebelum pandemi Covid-19 terjadi lagi. Kemacetan kendaraan pemudik terjadi dimana-mana, baik di sekitar pelabuhan maupun dijalan bebas hambatan.
Mengapa masyarakat Indonesia begitu besar keinginanya untuk mudik, walaupun dalam perjalanan mereka mengalami kemacetan parah?
Ada baiknya kita tinjau ciri atau sifat manusia pada umumnya.
🍀 Mahluk Sosial.
Manusia dilahirkan dalam kelompok sosial dan menjalani seluruh hidupnya sebagai bagian dari masyarakat, sehingga unsur sosial tidak mudah dihilangkan dari evolusi individu.
Bersosialisasi telah membantu spesies manusia tidak hanya bertahan hidup tetapi juga berkembang selama jutaan tahun.
Psikolog Susan Pinker menyatakan bahwa kontak langsung orang ke orang atau
ketika kita berkomunikasi dengan orang secara langsung, bisa membuat kita lebih tahan terhadap stres dalam jangka panjang.
Isolasi atau larangan untuk berkumpul dalam jumlah besar selama Covid-19, menghambat aktifitas sosial yang merupakan kodrat alami manusia.
Hal ini menyebabkan tingkat stres yang tinggi.
Karena manusia ingin bebas dari stres, maka mereka bersikeras untuk tetap berkumpul.
☘️ Dorongan untuk melepaskan diri dari rasa takut.
Saat ketakutan, tubuh kita dibanjiri oleh hormon adrenalin. Menurut Scientific American, hal ini menaikan detak jantung dan tekanan darah kita.
Beberapa orang menjadi sangat terganggu oleh rasa takut dan ingin menghindari situasi yang mungkin membuat mereka ketakutan atau cemas.
Covid-19 adalah penyakit baru yang mengerikan karena telah memakan korban meninggal dunia dalam jumlah yang sangat besar.
Pandemi ini telah berlangsung relatif lama, sehingga membuat kita merasa sangat takut.
Perasaan takut ini ingin kita hilangkan atau kita lawan karena membawa dampak negatif pada tubuh kita.
🍁 Keinginan untuk “berjudi” (gambling) atau “untung2an”.
Berjudi mungkin merupakan pelarian dari masalah, depresi, atau perasaan negatif. Beberapa orang “berjudi” karena bosan dan kesepian. Perjudian dalam bentuknya yang jinak memberikan rangsangan dan kegembiraan. Aksi dan keseruan berjudi bisa dijadikan bentuk pelarian.
Dalam hal pulang mudik, manusia melakukan “perjudian” atau “untung2an”, antara kena kemacetan parah dan tidak.
Hal ini memberikan rangsangan dan semangat untuk mencoba peruntungan dalam suasana kegembiraan.
Selain faktor-faktor diatas ada pendapat yang memperkuat tekad mereka untuk mudik, karena belum tentu orang tua atau sanak keluarga yang sudah uzur bisa mereka temui di tahun-tahun mendatang.
Dengan adanya sifat manusia dan keyakinan seperti itu, akan sulit bagi Pemerintah atau siapa pun, untuk melarang masyarakat pulang mudik, berkumpul dengan keluarga, bersilaturahmi dan melakukan sholat Idulfitri bersama di kampung halaman.
Selain itu pulang mudik saat lebaran sudah merupakan tradisi yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Tradisi adalah suatu kepercayaan atau perilaku ( kebiasaan rakyat ) yang diwariskan dalam suatu kelompok atau masyarakat dengan makna simbolis atau makna khusus yang asal-usulnya di masa lalu.
Tradisi atau kebiasaan adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang tersebut menyukai perbuatan itu.
Di banyak negara, upaya bersama sedang dilakukan untuk melestarikan tradisi yang berisiko hilang.
Sejumlah faktor dapat memperburuk hilangnya tradisi, termasuk industrialisasi, globalisasi , dan asimilasi atau marginalisasi kelompok budaya tertentu.
Tradisi mengunjungi orang tua dan kerabat dekat di tempat asal atau didesa untuk bersilaturahmi yang tekenal dengan istilah mudik lebaran nampaknya perlu dilestarikan.
Untuk itu perlu kerja sama antara pihak Kepolisian dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan masyarakat agar kenyamanan saat mudik bisa terwujud.
“Saya tahu bahwa segala sesuatu yang penting dan agung berasal dari fakta bahwa manusia memiliki tanah air dan berakar pada tradisi”. Martin Heidegger.***