AWAS BAHAYA KECANDUAN GAME ONLINE BAGI ANAK ANDA || Salah Satunya Adalah Hyperarousal, Orang Tua Wajib Tahu

(CIAMIS,24/02/2022). Kemajuan teknologi di dunia saat ini, dimana segala sesuatu tergantung pada perangkat digital, sebagian besar orang bahkan anak-anak pasti memiliki perangkat elektronik.
Adanya wabah pandemi COVID-19 serta kebijakan untuk tetap di rumah, membuat sebagian besar anak-anak dan remaja menghabiskan waktu untuk bermain video game.
Saat kita menonton film dengan alur cerita yang sedih, tak terasa air mata ikut melelah. Begitupun saat melihat film drama komedi, kita pasti akan tertawa bahkan sampai terbahak-bahak. Hal itu disebabkan otak memproses dan bereaksi terhadap input sensorik seolah-olah itu terjadi pada mereka. Hal yang sama akan dirasakan ketika seseorang memainkan video game.
Saat bermain game, otak seorang pemain game akan memproses skenario seolah-olah permainan game itu nyata. Jika game yang dimainkan menggambarkan situasi berbahaya atau kekerasan, tubuh pemain bereaksi sesuai respons mereka terhadap bahaya yang dirasakan akibat game tersebut. Itu dipicu karena paparan adegan kekerasan pada game yang dimainkan secara intens.
Bermain video game yang berlebihan dapat menyebabkan hyperarousal, kondisi dimana meningkatnya ketegangan psikologis dan fisiologis yang ditunjukkan oleh efek seperti menurunnya toleransi terhadap nyeri, insomnia, kelelahan, dan penguatan sifat kepribadian (personal).
Gejala dan ciri-ciri hyperarousal
Gangguan tidur dan mimpi buruk merupakan gejala utama ketika pengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) sedang mengalami hyperarousal. Kondisi ini juga disertai dengan berbagai gangguan lainnya seperti:
• Kesulitan berkonsentrasi
• Merasakan kehampaan (numb)
• Mudah marah atau bersikap agresif
• Mengalami emosi yang meledak-ledak atau impulsif
• Mudah merasa takut dan panik
• Mengalami serangan panik
• Muncul perilaku berisiko yang belum pernah ada sebelumnya seperti ngebut di jalan dan mengonsumsi alkohol terlalu banyak
• Merasakan atau menunjukan sikap bersalah atau malu
• Selalu terlihat bersikap siaga seakan-akan sedang mengalami bahaya (hypervigilance)
• Mudah merasakan rasa sakit atau nyeri
• Merasa jantung selalu berdebar-debar.
Hyperarousal terlihat berbeda untuk setiap orang, dan itu dapat mencakup kesulitan dengan memperhatikan, mengelola emosi, mengendalikan impuls, mengikuti arahan dan menoleransi frustrasi.
Anak-anak akan kesulitan dalam mengekspresikan kasih sayang dan kreativitas, dan memiliki minat belajar yang menurun. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya empati terhadap orang lain, yang dapat menyebabkan kekerasan. Anak-anak yang kecanduan game biasanya merasa lebih kesepian daripada anak-anak yang normal.
Hyperarousal kronis juga dapat memiliki gejala fisik, seperti penurunan fungsi kekebalan tubuh, lekas marah, perasaan gelisah, depresi, dan kadar gula darah yang tidak stabil. Pada anak-anak, beberapa dapat mengembangkan keinginan untuk permen saat bermain video game.
Anak pecandu game biasanya tidak banyak bergerak, pola makan dan berat badan anak-anak juga dapat terpengaruh secara negatif. Terkadang anak-anak bahkan menghindari menghentikan permainan untuk pergi ke kamar kecil, yang dapat menyebabkan masalah kebersihan.
Jika ada Saudara kita mengalami gangguan kejiwaan akibat kecanduan game dan judi bisa direhabilitasidi Ponpes Nurul Firdaus. Informasi HP. 081323230058.
***
Sumber :
1. Mayo Clinic
2. hellosehat.com