Beranda / PSYCHOLOGY / CRAZY, RICH & HEDONISME || Retno Triani Soekonjono || Psikolog

CRAZY, RICH & HEDONISME || Retno Triani Soekonjono || Psikolog

CRAZY, RICH & HEDONISME || Retno Triani Soekonjono ||
Psikolog

(CIAMIS, 24/02/2022). Pernah dengar nama Elvis Presley, The “King of Rock and Roll”?
Michael Jackson, the “King of Pop” ? dan Whitney Houston,
penyanyi pop dan R&B, yang juga di juluki sebagai “The Voice..?”

Menjadi seorang super kaya (Crazy Rich) dan memiliki akses ke kesenangan, kenyamanan, dan kemewahan tanpa batas tidak membantu Elvis Presley, Michael Jackson, Whitney Houston, dan banyak selebritas lainnya menemukan kepuasan.
Kekayaan dan ketenaran mereka tampaknya telah menyebabkan mereka mengalami masalah psikologis dan menyebabkan kematian mereka.

Apa itu kesenangan?
Kesenangan adalah keadaan kenikmatan yang bersifat subjektif.
Mendengarkan musik, pergi bersama keluarga, ngobrol dengan teman atau sekedar makan buah yang disukai semuanya bisa menimbulkan kesenangan bagi orang-orang tertentu.

Apakah kesenangan sama dengan kebahagiaan?
Kesenangan merupakan perasaan senang atau gembira yang didapatkan dari stimuli luar.
Kesenangan lebih termotivasi secara eksternal.
Sedangkan Kebahagiaan mengacu pada keadaan yang memiliki kaitan dengan motivasi secara internal atau dalam diri individu.

Jika, seseorang menyamakan kebahagiaan dengan kesenangan, maka muncullah paradoks hedonisme.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.

Paradoks hedonisme, juga disebut paradoks kesenangan, mengacu pada kesulitan praktis yang dihadapi dalam mengejar kesenangan. Bagi kaum hedonis, pencarian kesenangan terus-menerus mungkin tidak menghasilkan kesenangan atau bahkan kebahagiaan yang nyata dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Mungkin sulit untuk menentukan titik di mana perilaku yang sebelumnya menyenangkan menjadi bermasalah.
Pada tahap ini, kesenangan bukan lagi motivasi, atau hasil dari perilaku. Kesenangan yang awalnya diperoleh karena pemuasan
“Rasa lapar ” dengan makan, bila diteruskan secara berlebihan dan tidak terkendali justru menghilangkan kesenangan itu sendiri.

Mengejar kesenangan terus menerus dengan mengorbankan aspek kehidupan lain, justru akan merubah kesenangan menjadi sesuatu yang kontraproduktif untuk mencapai kehidupan yang menyenangkan.

Dalam jangka panjang mencari Kebahagiaan dengan melalui stimulus dari luar dan berdasarkan pandangan hedonisme, hanya akan menghasilkan rasa tidak berarti, kosong dan akhirnya frustrasi.
Disinilah awal dari permasalah psikologis yang membawa bencana bagi pengikut pandangan hedonisme.
Rasa frustrasi berkepanjangan mampu memicu terjadinya perilaku agresif baik pada orang luar maupun pada diri sendiri.

Bagaimana membuat hedonisme bermanfaat?

Hentikan mencari kesenangan dari hal-hal yang tidak produktif dan tidak pernah terpuaskan.
Menikmati dan mengintensifkan kesenangan yang di peroleh dari hal-hal sederhana akan memberikan kepuasan yang lebih besar.
Emosi yang menyenangkan yang berkaitan dengan pemikiran yang lebih luas dan lebih kreatif , termasuk, hubungan sosial yang bermanfaat, lebih banyak kontak dengan alam, akan meningkatkan kesehatan fisik dan psikis.
Selain itu, pengembangan altruisme (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain), dan
mampu memahami dan menerima perubahan kondisi fisik sesuai perkembangan usia akan membuat kepuasan hidup meningkat lebih tinggi dan merangsang tumbuhnya kebahagiaan yang sejati.

“Ketika cukup menjadi tidak cukup, seorang Hedonis lahir.” Sukant Ratnakar.***

Avatar Dr. Gumilar, S.Pd.,MM

Artikel menarik Lainnya