Beranda / PSYCHOLOGY / KONTROVERSI PROSESI PENYATUAN TANAH DAN AIR DI IKN || Retno Triani Soekonjono || Psikolog

KONTROVERSI PROSESI PENYATUAN TANAH DAN AIR DI IKN || Retno Triani Soekonjono || Psikolog

KONTROVERSI PROSESI PENYATUAN TANAH DAN AIR DI IKN || Retno Triani Soekonjono ||
Psikolog

Merdeka! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Retno Triani Soekonjono

(CIAMIS, 17/03/2022). Prosesi penyatuan tanah dan air di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menuai kontroversi.
Prosesi tersebut merupakan bentuk kegiatan simbolis dari menyatunya tanah dan air dari seluruh wilayah di Indonesia di satu tempat yaitu IKN.

Menurut Guru besar Universitas Airlangga, Profesor Henri Subiakto proses ritual itu adalah doa untuk menyatukan tekat untuk membangun Ibu Kota Negara.
Yang penting adalah niat baiknya.
Intinya adalah kegiatan yang POSITIF.

.

Namun Prosesi tersebut menuai beragam respon. Sejumlah pihak mengkritik kegiatan itu, bahkan menilainya atau mempersepsinya sebagai hal klenik dan syirik.
Intinya adalah kegiatan yang NEGATIF.

Sepanjang waktu, di dunia bisnis, di arena politik, dalam hubungan suami isteri, kapan saja ada ketidaksepakatan atau konflik antara realitas dan persepsi.

Banyak orang berasumsi bahwa bagaimana kita memandang atau mempersepsikan realitas adalah representasi atau perwujudan yang akurat dari realitas sebenarnya.
Padahal hal tersebut seringkali salah.

Persepsi adalah:
Cara memandang, memahami, atau menafsirkan sesuatu atau disebut juga kesan mental.

Dalam mempersepsikan suatu realita atau kejadian,
sering kali kita dipengaruhi oleh kecenderungan genetik kita, pengalaman masa lalu, pengetahuan sebelumnya, emosi, praduga, kepentingan pribadi, dan kesalahan pemikiran kita.

Psikologi Gestalt mengemukakan beberapa “hukum” persepsi yang bisa menjelaskan kecenderungan manusia untuk mengorganisasi stimuli yang terpisah menjadi satu kelompok.
Contohnya _Similarity_ ( kesamaan) dalam bentuk atau penampilan seringkali dipersepsikan sebagai satu kesatuan atau kelompok.
Orang berambut gondrong, bertato dan berpakaian seenaknya dipersepsikan sebagai anggota kelompok berandalan.
Demikian juga mencampurkan tanah dan air yang diserahkan oleh para gubernur ke dalam satu Kendi Nusantara dianggap masuk dalam kelompok perilaku klenik.

Pada tatanan masyarakat dalam suatu negara, ketika kelompok individu dari garis yang berseberangan dengan pemerintah mengembangkan persepsi yang sangat berbeda, maka satu masalah besar akan terjadi karena tidak ada kesamaan yang dapat ditemukan antara realitas yang ada dan persepsi yang muncul.
Dalam iklim politik kita saat ini keberadaan orang-orang dari kelompok politik oposisi dengan pemerintah sering memiliki persepsi yang bertentangan sehingga sulit untuk mencapai kesepakatan dan bahkan bisa menyebabkan permusuhan (_hate crime_).
Perbedaan besar antara persepsi di suatu negara kemungkinan cepat atau lambat tapi pasti akan mengarah pada disintegrasi bangsa.

Tantangan yang dihadapi manusia adalah menjaga dan memastikan agar persepsi tetap dekat dengan kenyataan. Keselarasan ini penting bagi kita untuk hidup di dunia nyata, menemukan konsensus dengan orang lain, dengan pemerintah dan mempertahankan kesehatan mental individu dan masyarakat.

Beberapa saran tentang persepsi :

•Jangan selalu berasumsi bahwa persepsi Anda adalah gambaran akurat dari kenyataan yang ada.

• Hormatilah persepsi orang lain (mereka mungkin benar).

• Jangan pegang persepsi Anda terlalu erat, karena kemungkin bisa salah (untuk mengakui itu butuh keberanian).

• Kenali distorsi (gangguan) di dalam diri Anda yang mungkin membelokkan persepsi Anda.

• Carilah pendapat dari ahli dan orang lain yang kredibel (jangan hanya bertanya kepada teman Anda karena mereka mungkin memiliki persepsi yang sama dengan Anda)

• Bersikaplah terbuka untuk mengubah persepsi Anda jika banyak bukti menuntutnya demi kesehatan mental Anda sendiri pada khususnya dan kesehatan masyarakat pada umumnya.

“Persepsi Anda tentang dunia belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya terjadi.” Peter Ralston.***

Avatar Dr. Gumilar, S.Pd.,MM

Artikel menarik Lainnya