RATNAKU SAYANG || Part-8 || MASUK PESANTREN || Retno Triani Soekonjono ||
Psikolog
(CIAMIS, 03/02/2022). Surat Al-Baqarah Ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم
بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ Arab-Latin: Wa lanabluwannakum bisyai`im minal-khaufi wal-jụ’i wa naqṣim minal-amwāli wal-anfusi waṡ-ṡamarāt, wa basysyiriṣ-ṣābirīn
Terjemah Arti: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
🏥
Ratna masuk RS Khusus di Tangerang lagi pada 01 September 2021 karena Ia berusaha kabur dari rumah.
Karena Ratna sudah pernah tinggal disitu selama 7 bulan di tahun 2018, maka proses adaptasi berlangsung lancar. Tidak ada pemberontakan atau penolakan terhadap program yang sudah terjadwal di RS tersebut.
Ratna akan tinggal di RS tersebut untuk 10 hari, karena faktor biaya yang saya anggap mahal.
Setelah selama ini (17 Tahun) menjalani pengobatan secara medis oleh Psikiater, saya memutuskan untuk melakukan program perawatan yang lebih komprehensif, yaitu gabungan antara pengobatan medis yang dilakukan oleh dokter dan pengobatan non medis dimana peralatan dan bahan yang digunakan tidak termasuk dalam standart pengobatan medis. Pengobatan non medis tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti dokter.
Karena telah terbukti bahwa di dalam tubuh Ratna banyak terdapat Susuk yang mengandung jin maka pengobatan di Pesantren yang memiliki
basis penyembuhan melalui terapi spiritual dan religius saya nilai ampuh untuk mengatasi gangguan kejiwaan yang dialami Ratna
Selain itu hal yang paling penting adalah membebaskan Ratna dari pengaruh Jin yang telah menguasai jiwa dan raganya selama belasan tahun.
Siapa yang mau melakukan hal tersebut selain Ibunya.
Saya merasa berkewajiban merawat Ratna karena RATNA ADALAH TITIPAN ALLAH PADA SAYA.
Sedangkan berdasarkan kepercayaan, seperti dikutip dari jurnal Incidental Radiographic Finding of Charm Needle or “Susuk” in Orthodontic Panoramic and Lateral Cephalometric Radiograph oleh Walianto dkk, susuk perlu diambil setidaknya dihancurkan kekuatannya sebelum seseorang meninggal.
Ada juga yang percaya bahwa jika dalam tubuh orang yang meninggal masih terdapat susuk, mereka akan mengalami proses kematian yang sulit.
Setelah browsing keberadaan pesantren untuk rehabilitasi gangguan kejiwaan cukup lama,
akhirnya saya menemukan pesantren yang sesuai dengan harapan saya yang lokasinya di Ciamis tidak terlalu jauh dari Jakarta.
Sebelum Ratna saya masukkan ke Pesantren di Ciamis, saya sempatkan untuk mengunjungi pesantren tersebut dan berbincang-bincang dengan pemilik pesantren. Akhirnya dicapai kesepakatan pihak Pesantren akan mengirim kendaraan untuk menjemput Ratna di RS Khusus dan langsung dibawa ke Ciamis.
🏘 Ratna masuk Pesantren.
Pada hari yang telah ditentukan saya berangkat ke RS Khusus di Tangerang tempat Ratna dirawat. Setelah menyelesaikan urusan administrasi saya ngobrol dengan Ratna. Dia kelihatan normal seperti yang selalu terjadi saat atau setelah dirawat di RS Khusus.
Saya jelaskan pada Ratna bahwa saya berniat untuk memberi kesempatan pada Ratna berlibur dan belajar agama ditempat yang dingin.
Awalnya dia ingin pulang ke rumah tetapi setelah saya yakinkan bahwa di tempat yang baru dia akan punya banyak teman dan bisa belajar agama dengan lebih mendalam dia setuju. Setelah mobil penjemputan datang Ratna berangkat ke Cimahi dengan didampingi petugas yang dikirim dari pesantren.
Pesantren NF di Ciamis memiliki program :
1. Program Mandi Taubat di sepertiga akhir malam,
2. Shalat Sunat dan Wajib,
3. Ruqyah Syar’iyyah,
4. Hypnotherapy,
5. SEFT (Self Emotional Freedom Technique).
6. NLP (Neuro Linguistic Programing) Therapy,
6. Cognitive Therapy,
7. Behavior Therapy,
8. Guiding, Counseling, Psychotherapy, & Medical Check Up dari Dokter Spesialis Kejiwaan Rumah Sakit PB Tasikmalaya
Program-program tersebut disesuaikan dengan kondisi Santriwati, misalnya medical check up ke Psikiater di RS-PB Tasikmalaya tidak dilakukan pada Ratna karena saya rutin mengirim obat Schizo dari Jakarta yang biasa diberikan oleh Psikiater Jakarta maupun Tangerang pada Ratna. Saya justru khawatir kalau obat diganti Ratna akan menolak.
Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, tujuan utama mengirim Ratna di pesantren adalah menghilangkan susuk yang ada di tubuhnya yang relatif banyak jumlahnya.
Biasanya, orang memasang susuk ingin agar penampilannya lebih menarik atau berwibawa.
Susuk sendiri sudah berisi mahluk gaib dan selain itu energi negatif susuk juga dapat menjadi daya tarik bagi makhluk gaib lainnya.
Pemakai susuk akan mengalami beberapa fenomena gaib, seperti sering merasa diganggu, hawa rumah si pemakai terasa tidak nyaman, dan masih banyak lagi dampak negatif dari pemakaian susuk.
Menurut informasi dari beberapa Ustadz yang faham tentang seluk beluk susuk,
Susuk bisa dikeluarkan dengan cara ruqyah, yaitu metode dalam ajaran Islam untuk mengeluarkan jin dari tubuh. Tapi, ada juga susuk yang langsung melebur dan hilang ketika si pemilik tubuh mendekatkan diri kepada Allah.
Selama Ratna tinggal di pesantren, saya bisa memantau kegiatan Ratna di pesantren melalui video yang dibuat khusus tentang kegiatan para santriwati pesantren.
Saat Ulang Tahun Ratna pada tanggal 24 September, atas prakarsa saya pesantren mengadakan doa dan makan bersama yang dilakukan oleh para santri dan santriwati beserta warga pesantren lainnya.
Ratna kelihatan sudah bisa membaur dengan teman-temannya walaupun Ratna adalah santriwati tertua di pesantren tersebut.
Setelah 3 bulan di pesantren, Ratna kelihatan lebih langsing dan lebih putih, dan selalu mengenakan kerudung. Kondisi ini terlihat dalam foto yang dikirim kesaya oleh pemilik pesantren melalui WA secara berkala.
Selama 3 bulan di pesantren Ratna telah di ruqyah sebanyak 20 kali. Jumlah yang cukup ampuh untuk menggempur kerajaan Jin yang terdapat dalam tubuh Ratna.
Menurut pimpinan pondok pesantren, Ruqyah pertama dampaknya pada Ratna paling kuat dan makin lama makin ringan.
Hal tersebut juga terjadi pada para pemakai susuk lainnya yang di ruqyah.
Saya merasa senang, karena pola hidup Ratna makin teratur, Ratna mulai menjalankan ibadah sholat, mendengar ayat-ayat suci Al Qur’an bahkan Ratna sudah tidak merokok lagi.
Seperti aturan yang diterapkan RS Khusus penderita Schizophrenia di Tangerang, di pesantren ini santriwati yang mondok tidak boleh dikunjungi oleh keluarga minimal 3 bulan pertama agar “tidak merusak” kondisi yang telah terbangun dengan baik dalam diri penderita. Ditakutkan santri akan minta pulang, padahal tujuan utama menitipkan santri dipesantren ini belum sepenuhnya tercapai.
Saya ikuti semua aturan pesantren karena jelas tujuannya yaitu kebaikan bersama, santriwati dan anggota keluarga
Perkembangan Ratna selanjutnya akan saya informasikan dalam tulisan saya berikutnya.***