RATNAKU SAYANG || PERUBAHAN AURA POSITIF || Retno Triani Soekonjono ||
Psikolog
(CIAMIS, 04/02/2022). QS. Al-An’am Ayat 17:
وَاِنۡ يَّمۡسَسۡكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗۤ اِلَّا هُوَؕ وَاِنۡ يَّمۡسَسۡكَ بِخَيۡرٍ فَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ
Wa iny-yamsaskal laahu bidurrin falaaa kaashifa lahuu illaa Huwa wa iny-yamsaska bikhairin fa Huwa ‘alaa kulli shai’in Qadiir
Terjemahan/Arti:
“Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Dari foto dan video yang dikirim oleh pemilik pesantren, Ratna tampak bersih memakai kerudung agak kurus dibagian bahu dan dada tetapi perut masih agak gendut.
Perut gendut memang sudah lama terjadi akibat makan berlebihan waktu di rumah sejak Ratna pulang dari perawatan di RS Khusus tahun 2019. Selain badannya bertambah gendut, perutnyapun gendut.
Selama di pesantren sejak September 2021 program rukyah dll selalu dilaksanakan.
Setiap awal bulan, saya selalu mengirim obat-obatan untuk Schizophrenia dari Psikiater di Jakarta selama satu bulan, keperluan mandi dan bulanan, makanan kecil untuk camilan Ratna dan teman-temannya.
Juga pernah saya kirim daster panjang, karena Ratna setiap hari selalu pakai daster panjang dan juga baju hangat karena Ciamis hawanya relatif dingin.
Tgl 26 Desember 2021 pagi, saya mendapat telpon dari pesantren yang mengatakan Ratna terlihat kurang berselera untuk makan, dan badannya kelihatan lemas. Pemilik Pondok Pesantren menyarankan agar Ratna dikonsultasikan ke RSUD di Tasikmalaya. Karena sejak kedatangannya di Pondok Pesantren pada bulan September, Ratna belum pernah Check Up. Sayapun setuju.
Keesokan harinya tgl 27 Desember 2021 Ratna dibawa dengan mobil ke RSUD Tasikmalaya, langsung ke IGD untuk diperiksa kondisi kesehatannya.
Dari hasil pemeriksaan ternyata Hb Ratna rendah dan disarankan untuk rawat inap karena direncanakan akan dilakukan transfusi darah keesokan harinya guna menaikkan Hb nya.
Saya setuju saja, dan saya minta untuk memakai BPJS karena selama ini saya membayar iuran BPJS kelas 1 untuk Ratna.
Semula ada beberapa kendala karena RS rujukan Ratna ada di Jakarta, sedang kejadiannya di Tasikmalaya, tetapi dengan penjelasan bahwa Ratna sedang mondok di Pesantren di Ciamis Ratna bisa menggunakan BPJS. Kamar yang tersedia hanya kamar VIP berarti saya nantinya harus membayar kelebihan biaya RS karena kelasnya di Upgrade.
Bagi saya tidak masalah yang penting Ratna dapat segera ditangani dengan baik.
Semula Ratna hanya diinfus, namun keesokan harinya di transfusi.
Semua proses mulai Ratna masuk di IGD, kemudian masuk kamar VIP sampai saat di transfusi, dapat saya saksikan di video yang dikirim dari Tasikmalaya.
Melalui WA saya berpesan pada Ratna untuk sabar, selama dirawat di RS demi kesehatannya, dan minta dibacakan oleh ibu yang menjaga Ratna di RS.
Saya harus berpesan agar Ratna sabar menjalani pengobatan di RS, karena sebelumnya pada th 2012 ketika Ratna operasi usus dan dirawat di RS Jakarta saya juga harus tinggal di RS selama 1 bulan karena Ratna tidak mau ditinggal.
Waktu itu saya masih mengajar di salah satu Universitas Swasta di Jakarta, sehingga saya terpaksa memberi bimbingan skripsi mahasiswa di RS.
Berikutnya pada tahun 2018 ketika Ratna sesak nafas dan harus masuk RS, sayapun harus tidur di RS selama 4 hari walaupun setiap kali Ratna masuk ke RS saya selalu menyewa suster.
Masalah lain timbul bila saya ikut menginap di RS, Ratna selalu rewel dan manja.
Ratna tidak mau pakai baju RS, dan yang paling menjengkelkan, posisi tidurnya semau dia.
Pasien yang seharusnya tidur dengan posisi kepala di bagian ujung tempat tidur yang bisa naik turun dan menempel di dinding, Ratna memilih terbalik. Kepala Ratna dibagian ujung kaki tempat tidur, sehingga slang infus dan kabel oksigen tertarik kearah yang berlawanan dari biasanya.
Bila Ratna dirawat di Rumah sakit, Ratna minta saya untuk terus berada dalam kamar, tidak boleh keluar kamar untuk menghirup udara segar diluar kamar.
Berdasarkan pengalaman tersebut saya memutuskan untuk tidak berangkat ke RS Tasikmalaya ketika Ratna harus dirawat, karena saya lihat fisiknya masih cukup kuat.
Kali ini saya harus tega, karena di RSUD Tasikmalaya Ratna dijaga oleh dua orang ibu-ibu dan satu laki-laki dari pesantren.
Saya khawatir bila saya datang ke RS di Tasik dia akan minta pulang ke Jakarta, sehingga progran Ruqyah untuk mengusir Jin dari Susuk dalam badan Ratna akan gagal.
Makin lama Jin berada dalam tubuhnya tubuh Ratna akan “rusak”.
Setelah 4 hari dirawat di RSUD Tasikmalaya, Ratna diperbolehkan pulang, karena HB nya sudah naik.
Selanjutnya rutinitas kehidupan Ratna di Pesantren berjalan seperti biasa.
Pada tanggal 7 Januari 2022, Ratna harus kontrol ke RS lagi untuk melihat perkembangan kesehatannya. Semua bagus, Ratna hanya diberi vitamin dan kembali pulang ke pesantren di Ciamis.
Semua aktifitas tersebut bisa saya lihat di foto dan video yang dikirim kesaya. Mulai dari saat Ratna berada dimobil, kemudian masuk ruang IGD dengan kursi roda, diperiksa dokter, duduk di kursi roda menunggu hasil pemeriksaan dsb semua terlihat normal.
Karena kondisi Ratna selama ini terlihat normal, baik fisik maupun psikis saya merasa tenang. Alhamdulillah.
Lanjutan informasi tentang Ratna akan saya tulis dalam episode berikutnya.***